Kamis, 26 April 2012

my spooky home

Home sweet home. Biasa nya orang-orang mengatakan kalimat seperti itu kalau sudah sampai di rumah. Rumah yang nyaman dan selalu menjadi tempat berlindung dari terik nya matahari atau pun dari rintikan hujan. Tapi bagaimana kalau rumah itu tidak nyaman dan malahan tidak menginginkan si pemilik berada di dalam nya. itu lah yang ku alami. Aku tinggal di dalam rumah yang menyeramkan. Dan ini lah cerita ku dan my spooky home.

….

Cerita ini di mulai ketika aku pindah ke rumah nenek. Aku pindah ke rumah nenek karena aku sudah lulus dari high school dan melanjutkan ke universitas. Kebetulan kampus ku dekat dengan rumah nenek. Jadi aku pindah ke sana. Sebenar nya nenek sudah meninggal 1 tahun yang lalu. Dan sebenar nya juga rumah ini sudah pernah sekali di jual. Dan waktu itu sudah ada yang membeli nya. tapi tak tau kenapa pemilik sebelum nya menjualnya kembali. Dan karena rumah ini di telantarkan. Ayah membeli nya kembali dan kini tinggal lah aku sendiri di sini.


Hari sudah malam, dan aku belum juga selesai membereskan barang-barang ku. Aku sedang memasukan baju-baju ku ke dalam lemari besar di dalam kamar ini. Rumah nenek berlantai dua dan dari dinding luar nya bercat biru muda. Ini malam pertama aku tinggal disini sendirian. Suasana mala mini cukup mencekam. Seingat aku sewaktu nenek masih ada rumah ini sangat nyaman dan tidak mengerikan seperti ini.
Tap tap tap.. aku terdiam ketika mendengar suara tapak kaki dari luar kamar. Aku terdiam mematung. Telinga ku masih terus mendengar kan dengan seksama. Tapi tidak ada suara apa-apa. Ku gelengkan kepala ku. Mungkin hanya ilusinasi ku saja.
Aku kembali membereskan baju-baju ku. Tap tap tap, suara itu kembali muncul. Aku kembali terdiam. Tapi kini suara itu tidak. Yang ada hanya suara jarum jam yang berdetak setiap detik nya.
Karena baju-baju ku semua sudah berada di dalam lemari, aku bergegas naik ke atas kasur dan mulai menutupkan mata mencoba untuk tidur dan melupakan kejadian tadi.

…..

Pagi sudah muncul dan matahari pun sudah berada di ufuk barat. Jam tepat menunjukan pukul 06.45. aku kesiangan padahal hari ini adalah hari pertama aku masuk kuliah. Dengan tergesah-gesah aku turun dari tangga. Saat aku sudah mengapai knop pintu depan rumah aku merasa angin menerpa tubuh ku dari belakang. Membuat bulu kuduk ku berdiri. Padahal pintu belum terbuka. Dengan cepat aku menoleh ke belakang. Tapi tidak ada apa-apa yang ada hanya ruang tamu yang kosong.
Karena perasaan ku sudah mulai tidak enak dengan cepat ku dorong knop pintu dan keluar dari rumah.



“maaf sir apa aku boleh bergabung ?” dosen laki-laki yang berambut botak yang sedari tadi mengoceh di depan kelas terhenti karena mendengar suara ku.
Dia menoleh ke arah ku dan menghampiri ku. Dosen yang kira-kira umur nya sekitar 50 tahunan itu menatap ku dengan tatapan tajam nya.
“apa anda tau ini jam berapa miss…”
“Sheldon” sergah ku “Catherine Sheldon”
“baiklah miss Sheldon, apa anda tau ini jam berapa ?” aku mengangguk lemah. Ku tundukan kepala ku karena aku merasa sangat tajut melihat wajah nya. “dan anda tau mata kuliah saya di mulai jam berapa ?” aku mengangguk kembali “lalu ? kenapa anda terlambat ?”
“aku tersesat ketika mencari kelas sir..”
“ya ya ya, alasan yang sudah sering ku dengar ketika mahasiswa baru seperti anda telat” dosen itu mendesah berat sebelum melanjutkan ucapan nya “baiklah karena anda baru saya maaf kan. Tapi kalau terulang kembali ucapan hallo pada kamar mandi dan pel’an” aku menelan ludah ku sendiri “silahkan masuk”
Aku mengangguk dan mulai masuk ke dalam kelas. Mata ku melirik ke arah bangku yang kosong di sebelah kanan ruangan tepat di barisan nomor 3 paling belakang. Dengan cepat aku menuju bangku tersebut dan duduk di sana.
“sstt, sstt” baru saja aku duduk aku mendengar seseorang berbisik. Aku menoleh ke arah kiri ku dimana suara itu berasal “haii aku justin bieber” seorang laki-laki mengulurkan tangan nya ke arah ku.
Ku jabat tangan nya “Catherine Sheldon”
“menyebalkan bukan ?” ku naikan satu alis ku, aku belum mengerti apa maksut nya
“maksut mu ?” justin terkekeh pelan
“mr. Johnson” aku mulai mengerti sekarang maksut justin. Aku tersenyum tipis, sebuah dehaman keras membuat ku tersentak kaget dan dengan langsung menghadap ke depan. Bergitu pun justin
Terlihat mr. johnson sedang menatap kami “apakah kaliah sudah selesai berkenalan nya mr. bieber dan miss Sheldon ? kalau belum kalian boleh melanjutkan nya di luar kelas saya sekarang juga”
Aku tundukan kepala ku. Ini sudah yang ke 2 kali nya aku di marahi oleh seorang dosen. “maaf sir” ucap ku serempak dengan justin.

…..

Bel berbunyi nyaring. Membuat mr. Johnson yang sedari tadi terus mengoceh berhenti. Dosen itu keluar dari kelas di ikuti oleh beberapa murid lain. Aku membereskan buku-buku ku yang berserakan di atas meja.
“heii, apa kau ada mata kuliah lain hari ini ?” suara berat seorang laki-laki membuat ku mendongak
“mm, ku rasa tidak” laki-laki yang tidak lain justin mengagguk merespon ucapan ku.
“apa kau mau pulang bersama ku ?” aku langkah kan kaki ku keluar dari kelas. Justin masih mengikuti ku. Kini dia sudah menyeimbangi ku
“mm,, tidak usah aku bisa pulang sendiri” justin menatap ku dengan tatapan aneh nya. ku balas tatapn nya tatapan yang seolah berbicara –apa- ?
Justin tersenyum tipis seolah mengerti arti tatapan ku tadi “ah tidak. Apa kau yakin bisa pulang sendiri ?”
“ya tentu. Kau kira aku anak kecil yang tidak tau jalan pulang begitu ?” justin kembali terkekeh.
“haha. Bukan begitu. Memang nya rumah mu dimana ?”
“di kompleks dekat kampus ini” justin yang sedari tadi berjalan di samping ku tiba-tiba diam mematung. Aku pun ikut berhenti lalu memandang justin yang menatap ku dengan tatapan ngeri nya.
“ayo ku antar !” justin menarik tangan ku dengan paksa. Aku mencoba untuk melepas nya tapi tetap saja tidak bisa. Gengaman justin sangat kuat sehingga tidak mungkin aku bisa melepas nya


…..


“sekarang belok mana ?” Tanya justin. Aku mendesah berat.
“belok kanan. Nanti di depan sana berhenti itu rumah ku” justin mengikuti perintah ku. Tak lama dia tersentak seperti orang kaget dan memberhentikan mobil nya begitu saja.
“jangan bilang kau tinggaldi rumah yang tingkat 2 itu yang bercat berwarna biru muda ?”
“iya, bagaimana kau tau ?” ucap ku masih setengah kaget
“cepat pindah dari rumah itu. Bilang pada orang tua mu untuk segera meninggal kan rumah itu !”
“aku tinggal sendiri !”
“APA !” teriak nya. aku hampir menutup telinga ku karena teriakan nya lumayan kencang. “kalau begitu kau sekarang juga harus pindah dari rumah itu !”
“memang nya kenapa ? apa di rumah itu ada hantu nya ?” aku terkekeh sendiri mendengar ucapan ku tadi. Tapi tidak dengan justin
“lebih buruk”
“sudah lah just kau tidak usah mengerjai ku. Itu tidak lucu. Dan juga aku tidak akan pergi dari rumah itu” justin mengengam pundak ku membuat ku berhadapn dengan nya
“apa aku terlihat bercanda” memang dari raut wajah nya justin sama sekali tidak terlihat kalau dai bercanda “aku serius cath. Kau harus pindah sekrang juga. Kalau tidak kau hanya akan mengancam nyawa mu sendiri”
Ku tepis tangan justin. Apa-apa dia baru kenal dengan ku sudah mulai mencoba menakuti ku “sudah lah just kau tak usah mencoba menakut-nakuti ku” aku keluar dari mobil nya. justin terus memanggil ku tapi aku abaikan. Sudah muak aku dengan sikap nya.

…..

Malam sudah datang. Suasana rumah masih seperti tadi pagi. Masih mencekam. Aku mencoba untuk mangabaikan nya dengan cara aku menonton tv. Tapi tetap saja. Aku merasa ada yang memata-matai ku.
Prankkk.. aku terlonjak kaget karena mendengar suara benda pecah di dapur. Jantung ku berdebar dengan cepat. Karena penasaran aku pergi ke arah dapur. Tapi ketika aku sudah berada di dapur aku tidak melihat ada yang pecah sama sekali. Karena aku sudah mulai merinding aku kembali ke ruang tamu.
Ketika di ruang tamu jantung ku hampir berhenti karena tv yang sedari tadi menyala kini mati begitu saja. Padahal aku yakin kalau tadi aku tidak mematikan nya. karena sudah mulai takut aku berlari ke kamar dan mulai mencoba tidur. Sudah cukup kejadian aneh malam ini..


Cklekk..  aku terbangun dari tidur ku karena suara pintu kamar ku terbuka. Aku terduduk karena samar-samar aku mendengar suara seperti gesekan benda logam ke dinding. Apa lagi ini ? kenapa banyak sekali kejadian aneh malam ini.
Prakkk.. bingkai foto yang tertempel di dinding kamar ku begitu saja jatuh. Bulu kuduk ku mulai berdiri.
Prankkk.. “ahh” aku tutup telinga ku. Ini sudah mulai mengerikan aku sudah takut. Sangat takut. Seseorang tolong. Kenapa aku tidak mengikuti kemauan justin tadi siang. Aku memang bodoh karena mengabaikan kemauan nya.
Brukk.. ku lihat jendela kamar ku terbuka dan lalu tertutup seperti di tiup angin. Seluruh kamar ku kini sudah berantakan. Aku ingin sekali pergi tapi aku tidak bisa mengerakan kaki ku.
“ahh” aku menunduk karena guci terbang ke arah ku. Kalau saja aku terlambat mungkin guci itu sudah menerpa kepala ku.
“cath ayo pergi” justin muncul di ambang pintu kamar ku. Dia terlihat sangat panik. Segera aku turun dari tempat tidur ku dan langsung berlari ke arah justin
“justin aku takut” langsung saja ku peluk justin. Justin mengusap-usap punggung ku.
“tidak apa-apa cath. Ayo kita harus keluar dari rumah ini” aku mengangguk. Justin menarik tangan ku dan membawa ku berlari.
Suasana sangat gelap sekarang. Tidak ada penerangan sama sekali. Tapi aku mulai sadar kalau ternyata rumah ku sudah berubah. Kini rumah ku seperti gedung tua yang besar dan tidak terurus. Justin masih membawa ku berlari.
“justin sebenar nya apa yang terjadi ?” justin tidak menjawab pertanyaan ku. Dia masih sibuk berlari dan mencari arah yang benar. “JUSTIN !”
“diam lah dulu cath. Nanti ku jelas kan !” ku hentakan tangan ku membuat tangan ku terlepas dari gengaman justin. Justin terdiam dan menatap ku dengan tatapan geram nya
“jelas kan sekarang juga justin ! kenapa rumah ini seperti ini !” justin mendesah berat
“baiklah akan ku jelas kan. Rumah ini di kutuk. Dan yang tinga di sini akan mati” aku bergidik ngeri ketika mendengar ucapan justin
“tapi kenapa nenek ku tidak kenapa-apa ketika tinggal di sini selama bertahun-tahun. Dan siapa yang mengutuk rumah ini ?”
“karena nenek mu tau cara nya mengunci kutukan itu. Dan yang mengutuk rumah ini itu adalah aku” aku menutup mulut ku. Aku mundur seketika dari justin. Tapi justin kembali mengengam tangan ku
“k..kau”
“rumah ini sudah di kutuk oleh ku sejak 50 abad yang lalu cath. Aku sangat menyesal” lagi-lagi aku tersentak mendengar ucapan justin
“li..lima puluh abad ? kau..”
“itu memang benar cath. Aku sudah hidup sejak 50 abad yang lalu. Keturunan ku atau biasa di sebut keturunan bieber mempunyai hidup yang sangat panjang atau bisa di bilang tidak bisa mati. Aku mengutuk rumah ini karena dulu di rumah ini tinggal seorang keluarga cametrine. Mereka adalah musuh berbuyutan kami. Karena sudah muak dengan sikap mereka aku mengutuskan untuk mengutuk rumah ini. Dan membuat mereka mati seketika di dalam rumah ini.
Tapi ketika aku hendak memusnah kan rumah ini. Rumah ini tidak bisa di hancur. Aku sudah banyak mengunakan cara. Tapi tetap saja aku tidak bisa memusnahkan nya” aku masih tercengang mendengar cerita justin. Cerita yang sangat mustahil ada.
Berarti justin tidak bisa mati. Tapi mana ada makhluk yang tidak bisa mati di dunia ini. “ayo kita harus bisa keluar dari rumah ini sebelum matahari terbit” justin kembali menarik tangan ku. Dia kembali berlari
Aku hanya bisa mengikuti nya dari belakang. “aww” aku jatuh terkulai ke lantai. Justin yang menyadari nya segera menghampiri ku
“ada apa ?” tanya nya panik. Ku pegang kaki ku yang kini sudah mengeluarkan darah segar dari betis ku. Di sana terdapat luka sobek yang lumayan besar membuat aku tidak bisa berjalan.
Justin menyobek baju nya dan mengikat kaki kku yang sobek itu mengunakan kain tersebut. “apa kau bisa berjalan ?” justin mencoba mendiri kan ku. Tapi tetap saja tidak bisa. Aku tidak dapat menahan rasa perih nya
“cepat naik. Aku akan mengendong mu” aku mengeleng
“tidak kau pergi lah. Tingalkan aku disini !”
“TIDAK ! aku tidak akan seseorang mati karena ku. Sudah cukup korban berjatuhan karena ku. Dan aku tidak mau itu terjadi pada mu” justin menarik tangan ku membuat aku menempel di punggung nya dan segera mengangkat ku.
Justin mulai berlari lagi walaupun aku di gendong nya. aku merasa sangat tidak berguna. Untuk menyelamat kan diri ku saja aku tidak bisa. Aku membenci diri ku.
“justin sudah tinggal kan saja aku. Kalau ka uterus mengendong ku. Kau pun akan terjebak disini. Lebih baik kau tinggalkan aku”
“sudah ku bilang aku tidak akan meninggalkan mu. Sekarang tutup lah mulut mu” keringat justin mulai mengucur keluar dari kulit nya. aku tau dia sudah lelah tapi dia tetap mengendong ku.
“itu pintu nya” lirih justin. Terlihat samar-samar oleh ku di ujung lorong sana terdapat sebuah pintu besar. Justin menambah kecapatan lari nya
“justin awas !!” justin menoleh ke arah kanan nya. dengan cepat dia menghindar. Sebuah beling melayang ke arah nya. kalau justin terlambat 1 detik saja. Mungkin beling itu akan menancap ke perut nya. justin kembali berlari
“arrgghh” justin terjatuh begitu saja. Begitu pun aku yang berada di gendongan nya
“justin ada apa ? astaga ya tuhan justin kaki mu” ku lihat kaki justin atau lebih tepat nya di paha sebelah kanan menancap sebuah pisau. Justin menarik pisau yang menancap di kaki nya. dengan cepat darah segar keluar dari paha nya
“cath cepat kau keluar dari rumah ini, pintu nya sudah dekat” aku menggeleng kuat. Tidak mungkin aku meninggalkan justin yang sudah mau menyelamat kan ku
“tidak aku tidak akan meninggalkan mu. Kita akan keluar dari rumah ini” aku memapah justin walaupun kaki ku sudah mulai terasa nyeri yang luar biasa.
Dengan jaln tergopoh-gopoh aku terus memapah justin. Aku sudah hampir mengapai knop pintu itu. Tapi aku kembali terjatuh. Aku sudah tidak kuat menahan rasa sakit di kaki ku.
“sudah ku bilang tinggalkan aku ! kenapa kau ini keras kepala sekali” bentak justin. Aku mulai terisak
“ya aku memang keras kepala. Aku tidak mau meninggalkan mu. Kau begini juga gara-gara aku. Kalau saja aku mendengar kan ucapan mu kemarin pasti kau tidak akan begini”
“tapi ini semua juga salah ku” lirih justin. Aku menggeleng
“ini bukan hanya salah mu. Sudahlah lebih baik kita terus berusaha mengapai pintu itu. Aku mulai bangkit kembali. Seperti tadi aku memapah justin karena tidak mungkin justin berjalan sendiri Karena luka nya lebih parah dari ku.
Aku sudah mengapai knop pintu. Dengan cepat ku dorong pintu itu.
Blush.. angin menerpa wajah ku. Aku langsung terjatuh. Mata ku tidak bisa melihat karena silau matahari. Aku tertawa kecil
“kita berhasil” lirih ku. Tak lama aku sudah tak dapat mendengar apa-apa lagi. Aku tak sadar kan diri. Tapi sebelum aku pingsan aku mendengar samar-samar suara justin memanggil ku.



the end