Kamis, 25 April 2013

A little story



Kau tau, sebenarnya hidup itu benar-benar tidak bisa di tebak. Terkadang, kau akan merasakan keindahan hidup dan sedetik kemudian kau akan merasakan kepahitan hidup.
Tapi bukankah memang begitu seharusnya? Kau tidak akan merasakan keindahan hidup selamanya, sewaktu-waktu kau pasti akan merasakan kepahitan hidup.
Tapi dengan adanya pergantian dari indah ke pahit atau sebaliknya, itu yang bisa membuat hidupmu berwarna. Jadi kau hanya harus menikmati kehidupan mu, walaupun kau sedang berada di titik pahitnya hidup, kau harus bisa merubah kepahitan itu menjadi keindahan.

***

kau tau bagaimana rasanya sakit hati? Ya itu sangat menyakitkan. Aku sudah sering merasakannya, dan mungkin karena itu aku sudah kebal dengan yang namanya sakit hati. Dan hal itu sukses merubah sikap ku. Entahlah, itu perubahan yang baik atau malah perubahan yang buruk. Tapi aku sudah nyaman dengan perubahan sikap ku dan membuat aku melupakan sikap ku dulu.
Kehidupan yang keras ini sudah menjadi sahabatku sejak kecil. Kehidupan yang benar-benar tak ada setitik kebahagiaan di dalamnya, kau tau kenapa aku berkata seperti itu? Karena aku memang tidak pernah merasakan kebahagiaan. Pernah, sebenarnya pernah. Tapi itu sudah cukup lama dan hanya samar-samar aku dapat mengingatnya, mengingat bagaimana rasanya tersenyum dan tertawa puas bukannya tersenyum palsu yang sering aku lakukan saat ini. Kau tak akan pernah mengerti apa yang aku rasakan. Kau harus menjadi aku terlebih dahulu, baru kau akan tau seberapa besar penderitaan ku.

***

Sepertinya bumi tidak sedang berada di pihak ku saat ini. Pagi ini cuaca cukup cerah, padahal aku berharap pagi ini mendung dan mungkin turun hujan deras dan ditambah petir yang menggelegar dimana-mana. Ya seperti itulah suasan hati ku. Mendung ku samakan dengan pikiranku yang sedang kusut, kusam dan mumet. Hujan ku samakan dengan perasaan ku saat ini, perasaan yang benar-benar merasa sedih yang tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata. Dan mungkin kalau aku tak kuat menahan rasa perih ini aku akan menangis. Dan petir, ku samakan dengan perasaan ku yang satu lagi, aku marah, kesal dan ingin melampiaskan semua kekesalan ku pada sesuatu. Entahlah itu kepada orang lain ataupun kepada diriku sendiri. Pokoknya kini aku sedang marah, sedih, dan kesal. Ketiga perasaan itu menjadi satu.


“Maaf, apa kakak tak keberatan membantu ku?” suara itu memecahkan lamunan ku yang mungkin tak ada ujungnya jika suara yang berasal dari seorang gadis kecil yang kini sedang berdiri di samping ku. Ia memasang senyum manis yang mungkin akan meluluhkan semua orang yang melihatnya. Tapi senyuman itu tak mempan untuk ku.

“Cari ibumu saja anak kecil, dia pasti akan membantumu” ujar ku dingin, sangat dingin mungkin untuk di dengar oleh anak kecil yang mungkin berusia 5 tahun itu. Lalu aku bangkit dari duduk ku, hendak pergi dari hadapan anak kecil tadi.

“Tapi ibuku tidak ada disini, dan aku kehilanagn kakak ku” aku menghentikan langkahku ketika mendengar penjelasan anak kecil tadi. Aku memutarkan kedua bola mataku ku. Sebenarnya aku tidak usah datang ke taman ini dan meninggalkan kegiatan sekolah ku begitu saja.
Aku mendesah berat, lalu berbalik menatap anak kecil yang rambutnya di ikat dua yang membuat penampilannya bertambah manis. Terlihat sekali dari wajah anak kecil itu kalau dia memang, sangat butuh bantuan ku.

“Oke, apa yang bisa aku bantu untuk mu?” tanyaku, sesudah aku menimbang-nimbang, apakah aku harus menolong anak kecil ini atau meninggalkannya sendirian yang berkemungkinan akan membuatnya hilang di taman ini. Ternyata sifat baik ku menang dan ingin membantunya mencari kakak dari anak kecil ini. Sepertinya kakaknya keterlaluan sekali meninggalkan anak kecil dan ia juga seorang perempuan di taman yang luas ini. Apa ia hendak membuangnya? Oke, aku sudah berpikiran yang aneh-aneh.

Ya, ini sudah hampir 1 jam aku mencari kakak dari anak kecil yang kini sedang mengekori ku dari belakang. Apa memang benar, kakaknya membuangnya disini? Aku berbalik dan menatap anak kecil yang tatapannya masih jelelatan melirik kesekitar taman ini, sehingga ia tak mengetahui kalau aku sudah berhenti berjalan dan membuatnya menabrak tubuh ku. Ya untung saja dia tidak jatuh karena menabrak ku.

“Sebenarnya kau ini kehilangan kakak mu atau memang kau di buang oleh kakak mu sih?” oke, aku mungkin sudah kelewatan karena sudah membentaknya, mata anak kecil itu sudah berkaca-kaca dan pipinya juga sudah memerah. Oh tidak, sebentar lagi telinga ku pasti akan sakit mendengar suara tangisan anak ini.

“Kau tidak seharusnya bersikap kasar seperti itu kepada adik ku!” apakah anak kecil itu baru saja berbicara seperti itu kepadaku? Ah tidak, suara ini bukan berasal dari anak kecil yang sebentar lagi akan menangis itu, tapi suara ini berasal dari belakang tubuh ku. Aku berbalik dan melihat seorang perempuan yang mungkin seumuran dengan ku. Ia tampak marah, ya aku bisa membaca ekspresinya yang memang menunjukan kalau ia benar-benar marah padaku.

“Kakak!!” anak kecil yang tadi sempat merepotkan ku itu berlari dan langsung memeluk perempuan yang kini ku yakini ialah orang yang sedari tadi ku cari-cari. Perempuan itu berjongkok untuk mengangkat tubuh anak kecil itu lalu menggendongnya.

“Seharusnya kau tak boleh bersikap dingin kepada anak kecil!” ucapnya lantang. Terlalu lantang dan menjadi sebuah teriakan kecil. Aku memutar bola mata ku lalu melipat kedua tangan ku di dada ku.

“Dan seharusnya,seorang kakak tidak boleh meninggalkan adik kecilnya sendirian di taman dan membuat orang lain di buat repot olehnya” balasku, ku lihat perempuan itu terlihat tambah marah padaku. Tapi ya… aku tak peduli. Lalu aku berlalu begitu saja meninggalkan perempuan itu.

“Dasar laki-laki aneh! Freak!” teriaknya dan sukses membuat ku menghentikan langkah ku dan berbalik kembali mendekati perempuan tadi.

“Apa kau bilang? Aku? Aneh! Hei, siapa kau? Bisa-bisanya kau mengatai ku aneh! Kau tak seharusnya berkata seperti itu padaku. Kau tak mengenal aku. Dan seharusnya kau berterima kasih karena aku sudah mau menolong adik mu, jika aku meninggalkannya tadi, kemungkinan besar kau tidak akan pernah melihat adik mu lagi!” aku lepas kontrol lagi, dan tadi aku sukses memarahi orang lain yang tak aku kenal. Aku memang tidak bisa menahan emosi ku. Jika aku sedang marah, semua orang yang berada di dekat ku pasti akan kena imbasnya. Dan perempuan itu, menatap ku sinis karena aku sudah memarahinya tadi. Aku menatap matanya lekat-lekat. Mata berwarna cokelat terang yang meningatkan ku pada seseorang yang aku rindukan. Jantung ku berdetak lebih cepat. Oh tidak, ada apa denganku? Kenapa aku merasakan suatu hal yang sudah lama aku tak rasakan? Tidak! Ini tidak benar, aku harus pergi, sebelum aku melakukan hal aneh, seperti tiba-tiba memeluk perempuan yang menyebalkan itu. Oke, aku memang harus pergi.

Sabtu, 05 Mei 2012

before shining_2


Selama berhari-hari aku terus memikirkan keputusan ku. Aku memang sangat ingin mengikuti lomba tersebut, tapi aku merasa ada sesuatu hal yang ganjil. Dan ini mengenai ayah. Setiap kali aku memikirkan nya, badan ku bergertar, jantung ku sering berdebar-debar. Tapi setiap kali aku melamun di kelas cody pasti selalu menebak apa yang ku pikir kan dan selalu meminta ku untuk mengikuti lomba itu.
Dia sih enak cuman bisa bicara saja, sedang kan aku. Aku bingung, stress, dan juga frustasi. Mungkin cuman gara-gara ini aku bisa gila. Di lain pihak, aku tidak ingin mengecewakan ayah dan di satu sisi aku sangat ingin mengikuti lomba itu. Ah adakah seseorang yang bisa memberiku jalan keluar ??


……

1 minggu menuju pementasan

“just kau sudah siap ?” Tanya cody di saat aku sedang membaca di kelas, ku tatap cody lekat-lekat
“siap apa ?” ucap ku cuek
“tentang itu, kau sudah menyiapkan lagu apa yang akan kau bawa nanti ?” aku mendesah tidak menjawab pertanyaan cody. Dia ini memang sangat tidak membantu “just” ucap nya lagi
“apa sih!”
“kau sudah siap belum ?” tanya nya lagi. Aku tidak bergeming “ah just, kau ini menyebalkan sekali aku bertanya malah di diemin !”
“lagian kau itu menyebalkan sekali sih cod. Aku tidak akan ikut lomba itu !” cody terkejut, sampai-sampai dia membulatkan mata nya
“kau jangan bercanda just ! kenapa kau tidak ikut ? padahal aku sudah mendaftarkan mu” aku masih diam tidak mau angkat bicara “kalau cuman gara-gara ayah mu, kan sudah ku bilang ayah mu tidak akan tau!”
“bukan begitu cody !” sergah ku. Cody terrdiam mungkin merasa kaget karena aku membentak nya “aku tidak mau mengecewakan ayah karena aku membohongi nya” hening. Cody belum juga mau bicara, mungkin dia kecewa dengan ucapan ku, tapi entah lah tapi memang itu kenyataan nya.
Kau bangkit dari duduk nya dan hendak pergi tapi sebelum dia pergi, dia berkata “kalau memang itu keputusan mu, baiklah just. Aku tidak akan memaksa mu lagi. Tapi kalau kau mengubah pikiran mu datang lah pada hari sabtu jam 8 malam ke lapangan sekolah kita” cody pergi berlalu, ku letakan kepala ku di meja.
Aku kembali memikirkan kata-kata ku tadi. Iya aku memang tidak akan mengecawakan ayah tapi aku mengecewakan cody. Aku ini memang bodoh. Ughh

“kau tidak apa-apa ? apa kau sakit ?” pertanyaan beruntun itu membuat ku mendongakan kepala dan melihat seorang perempuan berambut panjang sebahu sedang menatap ku khawatir
“aku tidak apa-apa. Terima kasih sudah bertanya” perempuan itu tersenyum simpul. Dia adalah gemma, teman sekelas ku.
Aku sempat menyukai nya, tapi karena aku tidak percaya diri untuk menyatakan nya jadi aku pendam saja. Ya walaupun terkadang aku sering merasa sakit hati sendiri kalau melihat nya berduaan dengan laki-laki lain.
Gemma duduk di kursi di samping ku “benar kau tidak apa-apa. Aku rasa kau memikirkan sesuatu” aku tersenyum kecut
“ya benar kok. Aku tidak apa-apa” gemma mengangguk
“oh ya just, apa kau ikut lomba bernyanyi nanti hari sabtu” plakk, aku bagaikan di tampar. Pertanyaan yang membuat ku teringat lagi akan cody dan juga ayah
“oh.. itu,, emm a..aku. uh entah lah” gemma mengekerutkan kening nya
“kenapa tidak tau. Suara mu bagus just, ku rasa kau bisa menang” tak tau kenapa saat gemma mengucapkan kata-kata itu aku seperti melayang-layang ke langit. Padahal dia hanya memuji ku sedikit
“thanks. Tapi aku tidak yakin bisa menang. Pasti saudara mu akan ikut kan ?”
“oh harry. Entah lah aku tak tau. Dia sedang sibu dengan boyband nya itu. Jadi ku rasa dia tidak akan ikut.” Aku mngangguk “ya sudah, aku kesana dulu ya just” aku tersenyum sambil mangangguk “oh ya kalau kau ikut aku akan mendukung mu” gemma pergi berlalu dengan kata-kata yang membuat ku kembali bimbang
Ya tuhan kenapa kau memberikan ku cobaan yang membingungkan seperti ini.



……

Malam pementasan seni

Tinggal 1 jam lagi. Pementasan seni akan di mulai. Tapi aku masih berada di kamar masih bimbang. Aku ingin pergi tapi rasa nya seperti nya susah sekali pergi dari rumah.
Ku hempaskan tubuh ku ke kasur, menutup mata ku sejenak. Tapi yang bisa ku lihat hanya gemma yang sedang tersenyum yang mendukung ku ketika di atas panggung. Arggh aku bangkit dari tidur ku dan mengambil jaket ku yang tergantung di lemari. Sudah cukup aku akan ikut, aku tidak mau menyiayiakan kesempatan ini.



Sekolah yang biasa nya pada jam 6 sore sudah sepi tapi sekarang rame seperti sebuah pasar malam. Dengan tergesah-gesah aku mencari keberadaan cody. Tidak lama aku mencari aku sudah melihat cody terduduk di kursi dekat dengan panging. Tak tau kenapa dia seperti sangat lemas. Memang selama 1 minggu ini aku tidak bicara pada cody. Dia selalu menghindar jika aku akan menghampiri nya.
Ya aku tau dia marah pada ku. Tapi mungkin karena kehadiran ku mala mini semoga saja dia bisa memaafkan ku. Aku sudah tepat di belakang nya. aku ambil nafas panjang-panjang dan membuang nya.
“apa aku masih bisa tampil ?” cody tersentak dan langsung menghadap ke arah ku. Wajah nya yang sedari tadi muram sekarang berbinar-binar
“justin. Aku datang” aku mengangguk sambil menyunging kan senyuman ku
“oh thanks god. Ku kira kau tidak akan datang”
“apa aku sudah terlambat ?” Tanya ku melenceng dari ucapan cody tadi. Cody mengeleng
“kau tepat waktu. Sekitar 1 menit lagi kau akan tampil”
“wow.. apa ? jadi aku yang peserta pertama ?”
“ya begitulah”
“APA ! kau sudah gila cod” cody memundurkan badan nya
“waw santai just. Lagi pula aku juga tidak tau. Itu sih urusan panitia nya” aku hanya bisa menunduk lesu. Bagaimana ini, aku belum berpengalaman tampil di depan orang sebanyak ini. Dan sekarang aku akan tampil sebagai peserta pertama
“tenang lah just. Tidak apa-apa kok” cody menenagkan ku
“haii cod, haii just” suara seseorang yang ku tunggu dan yang membuat ku berada di sini. Terdengar dari beakang tubuh ku
“haii gemma” sapa cody, gemma tersenyum
“jadi kau akan ikut lomba nya just ?” Tanya gemma, aku tersenyum sambil mengangguk. Aku yang sudah bergetar tambah bergetar karena melihat gemma.
Tak tau kenapa, aku jadi tambah gugup. Rasa takut pun kini ku rasa kan. Bukan, bukan nya rasa takut karena aku jadi peserta pertama. Takut karena akan menampilkan penampilan terburuk ku di depan gemma.
“kau justin kan ?” Tanya seorang wanita paruh baya, aku mengangguk “silahkan ke belakang panggung, sebentar lagi acara akan di mulai” aku mengikuti wanita itu dari belakang.
Sekali-kali aku melirik ke belakang untuk melihat cody dan gemma. Cody tersenyum dan gemma mengucapkan kata-kata semangat pada ku. Aku tersenyum.


Pembawa acara sudah naik ke atas panggung. Menyapa semua penonton dan sekali-kali menumbar kata-kata lelucon untuk mencairkan suasana. Aku masih gugup apalagi di saat MC memanggil nama ku.
Aku rasa resah aku naik ke atas panggung. Saat di aku tiba di tengan panggung semua penonton bertepuk tangan untuk ku. Aku dapat melihat cody dan gemma duduk di barisan paling pertama.
“jadi justin. Kau akan menyanyikan lagu apa ?” Tanya MC tersbut pada ku. Aku sempat berpikir-pikir sejenak
“aku akan menyanyikan lagu Mariah carey yang I still believe”
“oh pemilihan lagu yang bagus justin. Baiklah dari pada kita membuang-bunag waktu mari kita saksikan justin bieber” ke 2 MC itu turun dri panggung. Music sudah di mainkan aku langsung bernyanyi

no no
yeah yeah

you look in my eyes
and i get emotional
inside
i know it's crazy but
you still can touch my heart
and after all this time
you'd think that i
wouldn't feel the same
but time melts into nothing
and nothing's changed

aku melirik gemma. Gemma tersenyum pada ku.


i still believe, someday you and me
will find ourselves in love again
i had a dream, someday you and me
will find ourselves in love again

each day of my life
i'm filled with all the joy
i could find
you know that i am not the desperate type
if there's one spark of hope left in my grasp
i'll hold it with both hands
it's worth the risk of burning
to have a second chance
no, no, no, no, no, nooo i need you baby
i still believe that we can be together
ooooohoh no no nooo
aku sudah mulai terbawa irama. Aku sudah merasa santai saat ini. Cara bernyanyi ku pun sudah tak terasa kaku lagi



if we believe that true love never has to end
then we must know that we will love again
mmmh

ooooohoh
i still believe, someday you and me
will find ourselves in love again
oh baby, yeah yeah
i had a dream, you and me
will find ourselves in love
again
(i still believe)
oh baby i do
(someday you and me)
just give me one more time
and love
again
i had a dream, someday you and me
will find ourselves in love
again


saat music berhenti. Aku menatap gemma, dia tampak sangat bahagia. Aku lega karena tidak menampilkan penampilan yang buruk. Langsung aku mengalihkan pandangan ku dari gemma ke penonton yang sedari tadi masih bertepuk tangan. Di ujung sana di samping kamera aku melihat 4 orang berpakaian rapi, ber jas plus berdasi. 3 dari mereka sedang berbisik-bisik sedang kan seseorang sedang menatap ku dengan tajam.
Aku kenal laki-laki itu, dia… ayah….

Kamis, 03 Mei 2012

before shining 1


Buat apa dengerin music terus ! mau jadi apa kamu ?


Kata-kata itu lah yang terus ku ingat ketika aku sudah mulai putus asa. Kata-kata yang menyakitkan keluar dari mulut ayahku beberapa tahun yang lalu sebelum aku seperti sekarang.
Memang kata-kata yang kasar, tapi dengan kata-kata itu lah aku bisa seperti ini. Karena kata-kata itu motivasi ku kalau aku bisa menjadi manusia yang berguna dengan music.
Music satu kata yang selalu di benci oleh ayahku. Tak tau kenapa, dia selalu membenci nya. itu sudah menjadi rahasia nya selama bertahun-tahun.



…..


5 tahun yang lalu



Malam hari yang sepi ini, seperti biasa aku hanya di temani oleh tipe ku yang sudah butut. Itu juga tipe yang berdbu karena aku biar kan, tidak selalu aku bersih kan.
Tidak bukan nya aku tidak mampu membeli yang baru, hanya saja aku biarkan supaya ayah ku tidak mengetahui nya kalau tipe itu sering ku gunakan. Tipe yang terletak di ujung kamar ku itu, adalah salah satu benda berharga yang kumiliki. Tipe peninggalan ibu, hadiah dari nya ketika aku berulang tahun yang ke 15 tahun.
Ibu memang sudah tiada sejak 4 tahun yang lalu. Meninggalkan aku dan ayah berdua. Dan sejak itu pun ayah berubah, sikap nya yang dulu selalu tersenyum dan selalu mengumbar lelucon, tapi sekarang berubah menjadi ayah yang tegas, pemarah, dan juga pendiam.
Pernah hampir 1 minggu aku tidak berbicara pada ayah, padahal sewaktu itu aku sudah menyapa nya. mengajak nya mengobrol tapi dia hanya diam.
Jam menunjukan pukul 9 malam, pertanda sebentar lagi ayah akan pulang. Tapi aku belum mendengar suara deru mobil nya. karena ku rasa ayah pulang terlambat jadi ku biarkan tipe menyala mengeluarkan suara lagu dari band favorite ku.
Aku berangan-angan bisa menjadi penyanyi yang sukses. Tapi ku rasa itu hanya khayalan yang bodoh dan tidak akan terwujud. Ya benar-benar khayalan yang bodoh.
Jam sudah menunjukan pukul 09.30 berarti benar dugaan ku, ayah pulang telat. Jadi aku masih bisa bersantai-santai mendengar kan alunan lagu yang indah.
Tapi di saat aku sedang memejamkan mata sedang menikmati suara khas dari penyanyi tersebut, aku hampie terlonjak kaget karena aku sudah dapat melihat ayah ku berdiri di depan pintu dengan wajah marah nya.
Langsung aku mati kan tipe ku. “a..ayah, su..dah pulang” ucap ku gugup. Pasti aku akan dapat omelan lagi
“sudah berapa kali ayah bilang. Buat apa kamu mendengar kan music, tidak ada gunanya lebih baik kamu belajar ! sudah tau nilai jelek, masih saja bersantai-santai, mau jadi apa kamu !” aku hanya menunduk, dan mengucapkan kata maaf dengan suara yang kecil.
Ayah menutup pintu kamar ku dengan membanting nya, membuat jantung ku berdebar.


…..

“just, justin !” aku yang sedang berjalan terpaksa berhenti karena mendengar suara memanggil namaku
“ada apa ?” Tanya ku dengan nada malas. Seorang laki-laki yang tidak lain adalah teman ku -cody- menyungingkan senyuman yang ku rasa akan membuat, beberapa perempuan akan takut dan beberapa perempuan akan meleleh.
Haha. Cody si meraup tangan ku dan menarik nya tanpa persetujuan dari ku. Ku hentakan tangan ku karena tidak suka “hei apa-apaan kau cod ! kau mau membuat gosip yang tidak enak ya ! bisa-bisa nanti kita di gossip kan gay tau !” cody tertawa terbahak-bahak
“kau ini ada-ada just. Aku hanya mau menunjukan mu sesuatu ! ayo ikut” aku merdecak “ayo ikut, dari pada ku tarik lagi tangan mu !” aku mendesah berat dan akhir nya menyetujui nya
Aku mengikuti cody dari belakang. Tak tau mau kemana, tapi arah nya seperti ke tampat madding sekolah. Setelah sampai, ternyata benar cody mengajak ku ke tempat madding.
Bukan nya malah bicara. Cody hanya tersenyum-senyum ke arah ku membuat aku bingung “kau kenapa cod, sudah gila ya ? senyum-senyum sendiri !”
“huh kau ini. Ini coba lihat. Ada pengumuman bagus !” ucap nya sambil menunjukan kesesuatu kertas.
Pengumuman nya menunjukan tentang lomba bernyanyi, pada malam pentas seni 3 minggu lagi. Lomba yang di ada kan oleh sekolah dan akan di liput oleh televise local di Canada.
“lalu, apa nya yang bagus ?” Tanya ku masih bingung. Cody menepuk jidad ku membuat rasa perih yang berbekas
“kau ini memang bodoh apa pura-pura bodh sih ! aku menunjukan mu pengumuman ini supaya kau bisa ikut lomba ini. Lagi pula kan lumayan, hadiah nya besar, dan kalau beruntung kau bisa di kontrak menyanyi”
“tapi… aku tidak yakin bisa ikut!”
“kenapa ? suara mu lumayan loh just, aku yakin kau bisa mendapat 3 besar !” cody benar, aku sih mau-mau saja tapi ayah..
“ah tidak bisa cod ! kau kan tau masalah ku” cody mendelik
“ah itu gampang. Memang nya ayah mu bakalan tau, ayah mu kan sangat anti dengan music jadi dia tidak akan menonton nya” kalau dipikir-pikir ucapan cody ada benar nya juga.
Aku tersenyum lebar membuat cody ikut tersenyum juga “jangan tersenyum, nanti perempuan yang di sekolah kita takut pada mu” aku tertawa terbahak-bahak, dan cody hanya menatap ku dengan tatapan sinis nya.

Kamis, 26 April 2012

my spooky home

Home sweet home. Biasa nya orang-orang mengatakan kalimat seperti itu kalau sudah sampai di rumah. Rumah yang nyaman dan selalu menjadi tempat berlindung dari terik nya matahari atau pun dari rintikan hujan. Tapi bagaimana kalau rumah itu tidak nyaman dan malahan tidak menginginkan si pemilik berada di dalam nya. itu lah yang ku alami. Aku tinggal di dalam rumah yang menyeramkan. Dan ini lah cerita ku dan my spooky home.

….

Cerita ini di mulai ketika aku pindah ke rumah nenek. Aku pindah ke rumah nenek karena aku sudah lulus dari high school dan melanjutkan ke universitas. Kebetulan kampus ku dekat dengan rumah nenek. Jadi aku pindah ke sana. Sebenar nya nenek sudah meninggal 1 tahun yang lalu. Dan sebenar nya juga rumah ini sudah pernah sekali di jual. Dan waktu itu sudah ada yang membeli nya. tapi tak tau kenapa pemilik sebelum nya menjualnya kembali. Dan karena rumah ini di telantarkan. Ayah membeli nya kembali dan kini tinggal lah aku sendiri di sini.


Hari sudah malam, dan aku belum juga selesai membereskan barang-barang ku. Aku sedang memasukan baju-baju ku ke dalam lemari besar di dalam kamar ini. Rumah nenek berlantai dua dan dari dinding luar nya bercat biru muda. Ini malam pertama aku tinggal disini sendirian. Suasana mala mini cukup mencekam. Seingat aku sewaktu nenek masih ada rumah ini sangat nyaman dan tidak mengerikan seperti ini.
Tap tap tap.. aku terdiam ketika mendengar suara tapak kaki dari luar kamar. Aku terdiam mematung. Telinga ku masih terus mendengar kan dengan seksama. Tapi tidak ada suara apa-apa. Ku gelengkan kepala ku. Mungkin hanya ilusinasi ku saja.
Aku kembali membereskan baju-baju ku. Tap tap tap, suara itu kembali muncul. Aku kembali terdiam. Tapi kini suara itu tidak. Yang ada hanya suara jarum jam yang berdetak setiap detik nya.
Karena baju-baju ku semua sudah berada di dalam lemari, aku bergegas naik ke atas kasur dan mulai menutupkan mata mencoba untuk tidur dan melupakan kejadian tadi.

…..

Pagi sudah muncul dan matahari pun sudah berada di ufuk barat. Jam tepat menunjukan pukul 06.45. aku kesiangan padahal hari ini adalah hari pertama aku masuk kuliah. Dengan tergesah-gesah aku turun dari tangga. Saat aku sudah mengapai knop pintu depan rumah aku merasa angin menerpa tubuh ku dari belakang. Membuat bulu kuduk ku berdiri. Padahal pintu belum terbuka. Dengan cepat aku menoleh ke belakang. Tapi tidak ada apa-apa yang ada hanya ruang tamu yang kosong.
Karena perasaan ku sudah mulai tidak enak dengan cepat ku dorong knop pintu dan keluar dari rumah.



“maaf sir apa aku boleh bergabung ?” dosen laki-laki yang berambut botak yang sedari tadi mengoceh di depan kelas terhenti karena mendengar suara ku.
Dia menoleh ke arah ku dan menghampiri ku. Dosen yang kira-kira umur nya sekitar 50 tahunan itu menatap ku dengan tatapan tajam nya.
“apa anda tau ini jam berapa miss…”
“Sheldon” sergah ku “Catherine Sheldon”
“baiklah miss Sheldon, apa anda tau ini jam berapa ?” aku mengangguk lemah. Ku tundukan kepala ku karena aku merasa sangat tajut melihat wajah nya. “dan anda tau mata kuliah saya di mulai jam berapa ?” aku mengangguk kembali “lalu ? kenapa anda terlambat ?”
“aku tersesat ketika mencari kelas sir..”
“ya ya ya, alasan yang sudah sering ku dengar ketika mahasiswa baru seperti anda telat” dosen itu mendesah berat sebelum melanjutkan ucapan nya “baiklah karena anda baru saya maaf kan. Tapi kalau terulang kembali ucapan hallo pada kamar mandi dan pel’an” aku menelan ludah ku sendiri “silahkan masuk”
Aku mengangguk dan mulai masuk ke dalam kelas. Mata ku melirik ke arah bangku yang kosong di sebelah kanan ruangan tepat di barisan nomor 3 paling belakang. Dengan cepat aku menuju bangku tersebut dan duduk di sana.
“sstt, sstt” baru saja aku duduk aku mendengar seseorang berbisik. Aku menoleh ke arah kiri ku dimana suara itu berasal “haii aku justin bieber” seorang laki-laki mengulurkan tangan nya ke arah ku.
Ku jabat tangan nya “Catherine Sheldon”
“menyebalkan bukan ?” ku naikan satu alis ku, aku belum mengerti apa maksut nya
“maksut mu ?” justin terkekeh pelan
“mr. Johnson” aku mulai mengerti sekarang maksut justin. Aku tersenyum tipis, sebuah dehaman keras membuat ku tersentak kaget dan dengan langsung menghadap ke depan. Bergitu pun justin
Terlihat mr. johnson sedang menatap kami “apakah kaliah sudah selesai berkenalan nya mr. bieber dan miss Sheldon ? kalau belum kalian boleh melanjutkan nya di luar kelas saya sekarang juga”
Aku tundukan kepala ku. Ini sudah yang ke 2 kali nya aku di marahi oleh seorang dosen. “maaf sir” ucap ku serempak dengan justin.

…..

Bel berbunyi nyaring. Membuat mr. Johnson yang sedari tadi terus mengoceh berhenti. Dosen itu keluar dari kelas di ikuti oleh beberapa murid lain. Aku membereskan buku-buku ku yang berserakan di atas meja.
“heii, apa kau ada mata kuliah lain hari ini ?” suara berat seorang laki-laki membuat ku mendongak
“mm, ku rasa tidak” laki-laki yang tidak lain justin mengagguk merespon ucapan ku.
“apa kau mau pulang bersama ku ?” aku langkah kan kaki ku keluar dari kelas. Justin masih mengikuti ku. Kini dia sudah menyeimbangi ku
“mm,, tidak usah aku bisa pulang sendiri” justin menatap ku dengan tatapan aneh nya. ku balas tatapn nya tatapan yang seolah berbicara –apa- ?
Justin tersenyum tipis seolah mengerti arti tatapan ku tadi “ah tidak. Apa kau yakin bisa pulang sendiri ?”
“ya tentu. Kau kira aku anak kecil yang tidak tau jalan pulang begitu ?” justin kembali terkekeh.
“haha. Bukan begitu. Memang nya rumah mu dimana ?”
“di kompleks dekat kampus ini” justin yang sedari tadi berjalan di samping ku tiba-tiba diam mematung. Aku pun ikut berhenti lalu memandang justin yang menatap ku dengan tatapan ngeri nya.
“ayo ku antar !” justin menarik tangan ku dengan paksa. Aku mencoba untuk melepas nya tapi tetap saja tidak bisa. Gengaman justin sangat kuat sehingga tidak mungkin aku bisa melepas nya


…..


“sekarang belok mana ?” Tanya justin. Aku mendesah berat.
“belok kanan. Nanti di depan sana berhenti itu rumah ku” justin mengikuti perintah ku. Tak lama dia tersentak seperti orang kaget dan memberhentikan mobil nya begitu saja.
“jangan bilang kau tinggaldi rumah yang tingkat 2 itu yang bercat berwarna biru muda ?”
“iya, bagaimana kau tau ?” ucap ku masih setengah kaget
“cepat pindah dari rumah itu. Bilang pada orang tua mu untuk segera meninggal kan rumah itu !”
“aku tinggal sendiri !”
“APA !” teriak nya. aku hampir menutup telinga ku karena teriakan nya lumayan kencang. “kalau begitu kau sekarang juga harus pindah dari rumah itu !”
“memang nya kenapa ? apa di rumah itu ada hantu nya ?” aku terkekeh sendiri mendengar ucapan ku tadi. Tapi tidak dengan justin
“lebih buruk”
“sudah lah just kau tidak usah mengerjai ku. Itu tidak lucu. Dan juga aku tidak akan pergi dari rumah itu” justin mengengam pundak ku membuat ku berhadapn dengan nya
“apa aku terlihat bercanda” memang dari raut wajah nya justin sama sekali tidak terlihat kalau dai bercanda “aku serius cath. Kau harus pindah sekrang juga. Kalau tidak kau hanya akan mengancam nyawa mu sendiri”
Ku tepis tangan justin. Apa-apa dia baru kenal dengan ku sudah mulai mencoba menakuti ku “sudah lah just kau tak usah mencoba menakut-nakuti ku” aku keluar dari mobil nya. justin terus memanggil ku tapi aku abaikan. Sudah muak aku dengan sikap nya.

…..

Malam sudah datang. Suasana rumah masih seperti tadi pagi. Masih mencekam. Aku mencoba untuk mangabaikan nya dengan cara aku menonton tv. Tapi tetap saja. Aku merasa ada yang memata-matai ku.
Prankkk.. aku terlonjak kaget karena mendengar suara benda pecah di dapur. Jantung ku berdebar dengan cepat. Karena penasaran aku pergi ke arah dapur. Tapi ketika aku sudah berada di dapur aku tidak melihat ada yang pecah sama sekali. Karena aku sudah mulai merinding aku kembali ke ruang tamu.
Ketika di ruang tamu jantung ku hampir berhenti karena tv yang sedari tadi menyala kini mati begitu saja. Padahal aku yakin kalau tadi aku tidak mematikan nya. karena sudah mulai takut aku berlari ke kamar dan mulai mencoba tidur. Sudah cukup kejadian aneh malam ini..


Cklekk..  aku terbangun dari tidur ku karena suara pintu kamar ku terbuka. Aku terduduk karena samar-samar aku mendengar suara seperti gesekan benda logam ke dinding. Apa lagi ini ? kenapa banyak sekali kejadian aneh malam ini.
Prakkk.. bingkai foto yang tertempel di dinding kamar ku begitu saja jatuh. Bulu kuduk ku mulai berdiri.
Prankkk.. “ahh” aku tutup telinga ku. Ini sudah mulai mengerikan aku sudah takut. Sangat takut. Seseorang tolong. Kenapa aku tidak mengikuti kemauan justin tadi siang. Aku memang bodoh karena mengabaikan kemauan nya.
Brukk.. ku lihat jendela kamar ku terbuka dan lalu tertutup seperti di tiup angin. Seluruh kamar ku kini sudah berantakan. Aku ingin sekali pergi tapi aku tidak bisa mengerakan kaki ku.
“ahh” aku menunduk karena guci terbang ke arah ku. Kalau saja aku terlambat mungkin guci itu sudah menerpa kepala ku.
“cath ayo pergi” justin muncul di ambang pintu kamar ku. Dia terlihat sangat panik. Segera aku turun dari tempat tidur ku dan langsung berlari ke arah justin
“justin aku takut” langsung saja ku peluk justin. Justin mengusap-usap punggung ku.
“tidak apa-apa cath. Ayo kita harus keluar dari rumah ini” aku mengangguk. Justin menarik tangan ku dan membawa ku berlari.
Suasana sangat gelap sekarang. Tidak ada penerangan sama sekali. Tapi aku mulai sadar kalau ternyata rumah ku sudah berubah. Kini rumah ku seperti gedung tua yang besar dan tidak terurus. Justin masih membawa ku berlari.
“justin sebenar nya apa yang terjadi ?” justin tidak menjawab pertanyaan ku. Dia masih sibuk berlari dan mencari arah yang benar. “JUSTIN !”
“diam lah dulu cath. Nanti ku jelas kan !” ku hentakan tangan ku membuat tangan ku terlepas dari gengaman justin. Justin terdiam dan menatap ku dengan tatapan geram nya
“jelas kan sekarang juga justin ! kenapa rumah ini seperti ini !” justin mendesah berat
“baiklah akan ku jelas kan. Rumah ini di kutuk. Dan yang tinga di sini akan mati” aku bergidik ngeri ketika mendengar ucapan justin
“tapi kenapa nenek ku tidak kenapa-apa ketika tinggal di sini selama bertahun-tahun. Dan siapa yang mengutuk rumah ini ?”
“karena nenek mu tau cara nya mengunci kutukan itu. Dan yang mengutuk rumah ini itu adalah aku” aku menutup mulut ku. Aku mundur seketika dari justin. Tapi justin kembali mengengam tangan ku
“k..kau”
“rumah ini sudah di kutuk oleh ku sejak 50 abad yang lalu cath. Aku sangat menyesal” lagi-lagi aku tersentak mendengar ucapan justin
“li..lima puluh abad ? kau..”
“itu memang benar cath. Aku sudah hidup sejak 50 abad yang lalu. Keturunan ku atau biasa di sebut keturunan bieber mempunyai hidup yang sangat panjang atau bisa di bilang tidak bisa mati. Aku mengutuk rumah ini karena dulu di rumah ini tinggal seorang keluarga cametrine. Mereka adalah musuh berbuyutan kami. Karena sudah muak dengan sikap mereka aku mengutuskan untuk mengutuk rumah ini. Dan membuat mereka mati seketika di dalam rumah ini.
Tapi ketika aku hendak memusnah kan rumah ini. Rumah ini tidak bisa di hancur. Aku sudah banyak mengunakan cara. Tapi tetap saja aku tidak bisa memusnahkan nya” aku masih tercengang mendengar cerita justin. Cerita yang sangat mustahil ada.
Berarti justin tidak bisa mati. Tapi mana ada makhluk yang tidak bisa mati di dunia ini. “ayo kita harus bisa keluar dari rumah ini sebelum matahari terbit” justin kembali menarik tangan ku. Dia kembali berlari
Aku hanya bisa mengikuti nya dari belakang. “aww” aku jatuh terkulai ke lantai. Justin yang menyadari nya segera menghampiri ku
“ada apa ?” tanya nya panik. Ku pegang kaki ku yang kini sudah mengeluarkan darah segar dari betis ku. Di sana terdapat luka sobek yang lumayan besar membuat aku tidak bisa berjalan.
Justin menyobek baju nya dan mengikat kaki kku yang sobek itu mengunakan kain tersebut. “apa kau bisa berjalan ?” justin mencoba mendiri kan ku. Tapi tetap saja tidak bisa. Aku tidak dapat menahan rasa perih nya
“cepat naik. Aku akan mengendong mu” aku mengeleng
“tidak kau pergi lah. Tingalkan aku disini !”
“TIDAK ! aku tidak akan seseorang mati karena ku. Sudah cukup korban berjatuhan karena ku. Dan aku tidak mau itu terjadi pada mu” justin menarik tangan ku membuat aku menempel di punggung nya dan segera mengangkat ku.
Justin mulai berlari lagi walaupun aku di gendong nya. aku merasa sangat tidak berguna. Untuk menyelamat kan diri ku saja aku tidak bisa. Aku membenci diri ku.
“justin sudah tinggal kan saja aku. Kalau ka uterus mengendong ku. Kau pun akan terjebak disini. Lebih baik kau tinggalkan aku”
“sudah ku bilang aku tidak akan meninggalkan mu. Sekarang tutup lah mulut mu” keringat justin mulai mengucur keluar dari kulit nya. aku tau dia sudah lelah tapi dia tetap mengendong ku.
“itu pintu nya” lirih justin. Terlihat samar-samar oleh ku di ujung lorong sana terdapat sebuah pintu besar. Justin menambah kecapatan lari nya
“justin awas !!” justin menoleh ke arah kanan nya. dengan cepat dia menghindar. Sebuah beling melayang ke arah nya. kalau justin terlambat 1 detik saja. Mungkin beling itu akan menancap ke perut nya. justin kembali berlari
“arrgghh” justin terjatuh begitu saja. Begitu pun aku yang berada di gendongan nya
“justin ada apa ? astaga ya tuhan justin kaki mu” ku lihat kaki justin atau lebih tepat nya di paha sebelah kanan menancap sebuah pisau. Justin menarik pisau yang menancap di kaki nya. dengan cepat darah segar keluar dari paha nya
“cath cepat kau keluar dari rumah ini, pintu nya sudah dekat” aku menggeleng kuat. Tidak mungkin aku meninggalkan justin yang sudah mau menyelamat kan ku
“tidak aku tidak akan meninggalkan mu. Kita akan keluar dari rumah ini” aku memapah justin walaupun kaki ku sudah mulai terasa nyeri yang luar biasa.
Dengan jaln tergopoh-gopoh aku terus memapah justin. Aku sudah hampir mengapai knop pintu itu. Tapi aku kembali terjatuh. Aku sudah tidak kuat menahan rasa sakit di kaki ku.
“sudah ku bilang tinggalkan aku ! kenapa kau ini keras kepala sekali” bentak justin. Aku mulai terisak
“ya aku memang keras kepala. Aku tidak mau meninggalkan mu. Kau begini juga gara-gara aku. Kalau saja aku mendengar kan ucapan mu kemarin pasti kau tidak akan begini”
“tapi ini semua juga salah ku” lirih justin. Aku menggeleng
“ini bukan hanya salah mu. Sudahlah lebih baik kita terus berusaha mengapai pintu itu. Aku mulai bangkit kembali. Seperti tadi aku memapah justin karena tidak mungkin justin berjalan sendiri Karena luka nya lebih parah dari ku.
Aku sudah mengapai knop pintu. Dengan cepat ku dorong pintu itu.
Blush.. angin menerpa wajah ku. Aku langsung terjatuh. Mata ku tidak bisa melihat karena silau matahari. Aku tertawa kecil
“kita berhasil” lirih ku. Tak lama aku sudah tak dapat mendengar apa-apa lagi. Aku tak sadar kan diri. Tapi sebelum aku pingsan aku mendengar samar-samar suara justin memanggil ku.



the end