Kamis, 25 April 2013

A little story



Kau tau, sebenarnya hidup itu benar-benar tidak bisa di tebak. Terkadang, kau akan merasakan keindahan hidup dan sedetik kemudian kau akan merasakan kepahitan hidup.
Tapi bukankah memang begitu seharusnya? Kau tidak akan merasakan keindahan hidup selamanya, sewaktu-waktu kau pasti akan merasakan kepahitan hidup.
Tapi dengan adanya pergantian dari indah ke pahit atau sebaliknya, itu yang bisa membuat hidupmu berwarna. Jadi kau hanya harus menikmati kehidupan mu, walaupun kau sedang berada di titik pahitnya hidup, kau harus bisa merubah kepahitan itu menjadi keindahan.

***

kau tau bagaimana rasanya sakit hati? Ya itu sangat menyakitkan. Aku sudah sering merasakannya, dan mungkin karena itu aku sudah kebal dengan yang namanya sakit hati. Dan hal itu sukses merubah sikap ku. Entahlah, itu perubahan yang baik atau malah perubahan yang buruk. Tapi aku sudah nyaman dengan perubahan sikap ku dan membuat aku melupakan sikap ku dulu.
Kehidupan yang keras ini sudah menjadi sahabatku sejak kecil. Kehidupan yang benar-benar tak ada setitik kebahagiaan di dalamnya, kau tau kenapa aku berkata seperti itu? Karena aku memang tidak pernah merasakan kebahagiaan. Pernah, sebenarnya pernah. Tapi itu sudah cukup lama dan hanya samar-samar aku dapat mengingatnya, mengingat bagaimana rasanya tersenyum dan tertawa puas bukannya tersenyum palsu yang sering aku lakukan saat ini. Kau tak akan pernah mengerti apa yang aku rasakan. Kau harus menjadi aku terlebih dahulu, baru kau akan tau seberapa besar penderitaan ku.

***

Sepertinya bumi tidak sedang berada di pihak ku saat ini. Pagi ini cuaca cukup cerah, padahal aku berharap pagi ini mendung dan mungkin turun hujan deras dan ditambah petir yang menggelegar dimana-mana. Ya seperti itulah suasan hati ku. Mendung ku samakan dengan pikiranku yang sedang kusut, kusam dan mumet. Hujan ku samakan dengan perasaan ku saat ini, perasaan yang benar-benar merasa sedih yang tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata. Dan mungkin kalau aku tak kuat menahan rasa perih ini aku akan menangis. Dan petir, ku samakan dengan perasaan ku yang satu lagi, aku marah, kesal dan ingin melampiaskan semua kekesalan ku pada sesuatu. Entahlah itu kepada orang lain ataupun kepada diriku sendiri. Pokoknya kini aku sedang marah, sedih, dan kesal. Ketiga perasaan itu menjadi satu.


“Maaf, apa kakak tak keberatan membantu ku?” suara itu memecahkan lamunan ku yang mungkin tak ada ujungnya jika suara yang berasal dari seorang gadis kecil yang kini sedang berdiri di samping ku. Ia memasang senyum manis yang mungkin akan meluluhkan semua orang yang melihatnya. Tapi senyuman itu tak mempan untuk ku.

“Cari ibumu saja anak kecil, dia pasti akan membantumu” ujar ku dingin, sangat dingin mungkin untuk di dengar oleh anak kecil yang mungkin berusia 5 tahun itu. Lalu aku bangkit dari duduk ku, hendak pergi dari hadapan anak kecil tadi.

“Tapi ibuku tidak ada disini, dan aku kehilanagn kakak ku” aku menghentikan langkahku ketika mendengar penjelasan anak kecil tadi. Aku memutarkan kedua bola mataku ku. Sebenarnya aku tidak usah datang ke taman ini dan meninggalkan kegiatan sekolah ku begitu saja.
Aku mendesah berat, lalu berbalik menatap anak kecil yang rambutnya di ikat dua yang membuat penampilannya bertambah manis. Terlihat sekali dari wajah anak kecil itu kalau dia memang, sangat butuh bantuan ku.

“Oke, apa yang bisa aku bantu untuk mu?” tanyaku, sesudah aku menimbang-nimbang, apakah aku harus menolong anak kecil ini atau meninggalkannya sendirian yang berkemungkinan akan membuatnya hilang di taman ini. Ternyata sifat baik ku menang dan ingin membantunya mencari kakak dari anak kecil ini. Sepertinya kakaknya keterlaluan sekali meninggalkan anak kecil dan ia juga seorang perempuan di taman yang luas ini. Apa ia hendak membuangnya? Oke, aku sudah berpikiran yang aneh-aneh.

Ya, ini sudah hampir 1 jam aku mencari kakak dari anak kecil yang kini sedang mengekori ku dari belakang. Apa memang benar, kakaknya membuangnya disini? Aku berbalik dan menatap anak kecil yang tatapannya masih jelelatan melirik kesekitar taman ini, sehingga ia tak mengetahui kalau aku sudah berhenti berjalan dan membuatnya menabrak tubuh ku. Ya untung saja dia tidak jatuh karena menabrak ku.

“Sebenarnya kau ini kehilangan kakak mu atau memang kau di buang oleh kakak mu sih?” oke, aku mungkin sudah kelewatan karena sudah membentaknya, mata anak kecil itu sudah berkaca-kaca dan pipinya juga sudah memerah. Oh tidak, sebentar lagi telinga ku pasti akan sakit mendengar suara tangisan anak ini.

“Kau tidak seharusnya bersikap kasar seperti itu kepada adik ku!” apakah anak kecil itu baru saja berbicara seperti itu kepadaku? Ah tidak, suara ini bukan berasal dari anak kecil yang sebentar lagi akan menangis itu, tapi suara ini berasal dari belakang tubuh ku. Aku berbalik dan melihat seorang perempuan yang mungkin seumuran dengan ku. Ia tampak marah, ya aku bisa membaca ekspresinya yang memang menunjukan kalau ia benar-benar marah padaku.

“Kakak!!” anak kecil yang tadi sempat merepotkan ku itu berlari dan langsung memeluk perempuan yang kini ku yakini ialah orang yang sedari tadi ku cari-cari. Perempuan itu berjongkok untuk mengangkat tubuh anak kecil itu lalu menggendongnya.

“Seharusnya kau tak boleh bersikap dingin kepada anak kecil!” ucapnya lantang. Terlalu lantang dan menjadi sebuah teriakan kecil. Aku memutar bola mata ku lalu melipat kedua tangan ku di dada ku.

“Dan seharusnya,seorang kakak tidak boleh meninggalkan adik kecilnya sendirian di taman dan membuat orang lain di buat repot olehnya” balasku, ku lihat perempuan itu terlihat tambah marah padaku. Tapi ya… aku tak peduli. Lalu aku berlalu begitu saja meninggalkan perempuan itu.

“Dasar laki-laki aneh! Freak!” teriaknya dan sukses membuat ku menghentikan langkah ku dan berbalik kembali mendekati perempuan tadi.

“Apa kau bilang? Aku? Aneh! Hei, siapa kau? Bisa-bisanya kau mengatai ku aneh! Kau tak seharusnya berkata seperti itu padaku. Kau tak mengenal aku. Dan seharusnya kau berterima kasih karena aku sudah mau menolong adik mu, jika aku meninggalkannya tadi, kemungkinan besar kau tidak akan pernah melihat adik mu lagi!” aku lepas kontrol lagi, dan tadi aku sukses memarahi orang lain yang tak aku kenal. Aku memang tidak bisa menahan emosi ku. Jika aku sedang marah, semua orang yang berada di dekat ku pasti akan kena imbasnya. Dan perempuan itu, menatap ku sinis karena aku sudah memarahinya tadi. Aku menatap matanya lekat-lekat. Mata berwarna cokelat terang yang meningatkan ku pada seseorang yang aku rindukan. Jantung ku berdetak lebih cepat. Oh tidak, ada apa denganku? Kenapa aku merasakan suatu hal yang sudah lama aku tak rasakan? Tidak! Ini tidak benar, aku harus pergi, sebelum aku melakukan hal aneh, seperti tiba-tiba memeluk perempuan yang menyebalkan itu. Oke, aku memang harus pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar